tRbFFwIJXCPvDkjdZ6hw7BrVzKSmv3z6tIDMFXHn
Bookmark

Plat Tembaga Monumen Kali Bekasi Dicuri, Warisan Sejarah Terancam

Monumen Kali Bekasi.

Bekasicyber.id, BEKASI SELATAN – Aksi pencurian kembali merusak situs sejarah Kota Bekasi. Kali ini, plat tembaga di Monumen Kali Bekasi yang terletak di Jalan Ir. Juanda, dekat Stasiun Bekasi, raib dibawa oleh orang tidak bertanggung jawab.  

Monumen tersebut bukan sekadar bangunan biasa. Ia menyimpan nilai sejarah penting sebagai simbol persahabatan antara Jepang dan Indonesia pascakemerdekaan, sekaligus mengenang peristiwa berdarah yang terjadi di lokasi itu pada 19 Oktober 1945.  

Kabar pencurian ini menimbulkan keprihatinan sejarawan dan budayawan Bekasi, Ali Anwar. Ia menyesalkan tindakan yang dinilainya sebagai bentuk perusakan terhadap warisan sejarah dan simbol perjuangan rakyat Bekasi.  

“Monumen ini adalah saksi sejarah perjuangan dan patriotisme Bekasi. Siapa pun yang mencurinya, saya anggap sebagai pengkhianat rakyat,” tegas Ali Anwar saat dihubungi pada Senin (23/6/2025).  

Ia berharap aparat penegak hukum segera mengusut tuntas kasus ini, menangkap pelaku, dan memberikan hukuman setimpal. Selain itu, Ali mendesak Pemerintah Kota Bekasi, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, untuk segera melaporkan pencurian ini ke kepolisian serta memperketat pengamanan di area monumen.  

“Pemkot harus bertindak cepat. Laporkan ke polisi agar ada penyelidikan dan penangkapan. Selain itu, penting untuk memperkuat pengamanan, memasang CCTV, dan memperbaiki pagar di sekitar lokasi,” ujarnya.  

Monumen Kali Bekasi dibangun untuk mengenang peristiwa pembantaian 90 tentara Kaigun (angkatan laut Jepang) oleh pejuang Bekasi di bawah komando Letnan Dua Zakaria Burhanuddin, Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi.  

Peristiwa ini bermula dari informasi yang diterima Zakaria bahwa akan ada kereta api dari Jatinegara menuju Kali Jati, Subang, yang mengangkut 90 tentara Jepang yang hendak pulang setelah kekalahan Jepang dari Sekutu.  

Saat kereta tiba di Stasiun Bekasi, laskar pejuang yang sudah bersiaga melakukan penggeledahan karena mencurigai para serdadu membawa senjata. Zakaria memerintahkan agar kereta diarahkan ke jalur buntu yang menghadap Kali Bekasi, tempat yang strategis untuk penyergapan.  

Menurut Ali Anwar, Zakaria sempat mengetuk pintu kereta selama 15 menit tanpa respons. Hingga akhirnya, seorang tentara Jepang keluar dan meminta waktu untuk menemui komandannya.  

“Saat komandan Jepang keluar dengan pistol, Zakaria lebih cepat menarik pelatuk. Penembakan itu memicu bentrokan hebat. Para pejuang bersama rakyat mengepung dan melawan tentara Jepang di dalam kereta,” jelas Ali.  

Beberapa tentara Jepang yang mencoba lari ke gerbong belakang untuk mengambil senjata justru sudah ditunggu oleh laskar di sana. Perlawanan dihentikan, dan seluruh pasukan Jepang tewas. Jenazah mereka kemudian dibuang ke Kali Bekasi.  

“Inilah sejarah yang menjadi alasan monumen ini dibangun di sana. Untuk mengenang keberanian rakyat Bekasi dalam mempertahankan kemerdekaan,” tutup Ali Anwar.  

Kini, ketika monumen tersebut justru dijarah, bukan hanya benda yang hilang, melainkan juga penghormatan terhadap sejarah yang ternoda. (Yan)