![]() |
Saluran air Kali Rawa Tembaga Bekasi Selatan. |
Bekasicyber.ID, BEKASI SELATAN – Pemerintah Kota Bekasi bersama PDAM Tirta Patriot sedang menjalankan proyek pengalihan sumber air baku dari Kali Bekasi ke Kalimalang. Proyek ini dianggap sebagai solusi atas masalah air keruh dari Kali Bekasi yang kerap dikeluhkan warga, terutama saat musim hujan dan banjir.
Namun, proyek senilai Rp45 miliar ini justru menuai kritik karena dinilai kurang efisien. Padahal, tersedia alternatif lain yang lebih murah dan teknisnya lebih sederhana, sayangnya tidak dijadikan pilihan utama.
Jalur Alternatif Lebih Hemat dan Sudah Tersedia
Sejumlah pihak mempertanyakan mengapa PDAM membangun jaringan pipa baru sepanjang 1,2 kilometer dengan diameter 700 mm dari Kalimalang, sementara saluran air di sepanjang Kali Rawa Tembaga bisa dimanfaatkan.
"Jika menggunakan saluran yang sudah ada di Rawa Tembaga, tidak perlu menggali pipa baru. Cukup dengan rekayasa aliran, tutup jalur air menuju Kali Rawa Tembaga di bendungan Bekasi, lalu alihkan air dari Kalimalang. Ini jauh lebih efisien dan biayanya lebih rendah," ujar seorang pengamat kebijakan air di Bekasi yang enggan disebutkan namanya, Senin (2/6/2025).
Dia menambahkan, jika tetap harus menggunakan pipa, jaraknya lebih pendek sehingga biaya perawatan pun lebih murah dibanding pipa bawah tanah yang rentan rusak.
Proyek Tetap Berjalan Meski Warga Mempertanyakan Efisiensinya
PDAM Tirta Patriot tetap melanjutkan proyek Intake Siltrap Lama untuk mengalirkan air dari Kalimalang. Direktur Utama PDAM, Ali Imam Faryadi, menyatakan bahwa proyek tahap awal akan menyuplai 400 liter air per detik dan ditargetkan selesai akhir 2025. Tahap kedua akan menambah kapasitas menjadi 550 liter per detik.
Ali menjelaskan, proyek ini ditujukan untuk 43.000 pelanggan di Medan Satria, Bekasi Utara, dan Bekasi Barat yang sering mengalami gangguan pasokan air saat musim hujan.
"Jika air Kali Bekasi keruh, produksi terhambat. Dengan Kalimalang, masalah ini bisa diatasi," ujarnya.
Namun, warga tetap mempertanyakan mengapa PDAM tidak memilih jalur alternatif yang lebih hemat.
Pertanyaan untuk Pemkot: Mengapa Pilih Opsi yang Lebih Mahal?
Kritik juga ditujukan kepada Pemerintah Kota Bekasi yang dinilai kurang transparan dalam mempertimbangkan efisiensi proyek.
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, sebelumnya menyatakan bahwa proyek ini menunjukkan komitmen Pemkot dalam menyediakan air bersih.
Namun, dengan adanya opsi jalur Rawa Tembaga yang lebih murah, masyarakat mendesak evaluasi ulang. Apalagi, proyek ini menggunakan dana publik yang tidak sedikit.
"Kalau ada solusi lebih murah dan cepat, mengapa tidak dipilih? Uang rakyat harus digunakan secara bijak, jangan sampai proyek ini hanya jadi pemborosan," kata Hasan, warga Bekasi Barat.
Tuntutan Transparansi dan Efisiensi
Meski proyek ini diharapkan mengatasi masalah air keruh, masyarakat mendesak Pemkot dan PDAM untuk lebih terbuka dalam mengevaluasi alternatif yang lebih efisien. Pelayanan air bersih adalah hak dasar warga, sehingga prosesnya harus transparan dan mengutamakan efisiensi anggaran. (Yan)